Sabtu, 28 April 2012

ini materi kdpk ya.... bagi yg mau monggo... :)


BAB II
PEMBAHASAN
v Pemberian obat per oral
                

PARACETAMOL
Indikasi:
Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal.
Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot.menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.

Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat dehidroganase.tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.

Deskripsi:
Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik
Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral.
Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.
Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga sehingga tindak digunakan sebagai antirematik.
Aksi/kerja utama paracetamol adalah dengan cara menghambat sintesis prostaglandin di pusat otak (hipotalamus), tetapi tidak di perifer (jaringan), sehingga tidak mempunyai efek sebagai anti inflamasi. Paracetamol mampu meringankan/ menghilangkan rasa nyeri tanpa mempengaruhi susunan syaraf pusat dan tidak menimbulkan ketagihan.Walau relatif aman, tidak berarti paracetamol dapat ditelan semaunya. Pemakaian paracetamol berbulan-bulan secara rutin dalam dosis yang tinggi cenderung menghasilkan kerusakan hati. Efek samping lain adalah reaksi hipersensitif dan kelainan darah.

AMOXILIN
Amoxicillin adalah antibiotika yang termasuk ke dalam golongan penisilin.
Obat ini tersedia di pasaran dalam bentuk Kapsul : 250 dan 500 mg. Tablet : 500 mg. Sirop kering : 125mg/5ml dan 250mg/5ml. Vial untuk injeksi : 1000mg dan 500mg.
Dosis therapi untuk Amoxicillin pada orang dewasa adalah 250 mg setiap 8 jam, 500 mg setiap 8 jam, 500 mg setiap 12 jam, terggantung dari derajat keparahan dari penyakit yang di derita. Untuk pengobatan gonorrhea pada orang dewasa, diberikan Amoxicillin sebanyak 3 g sekali minum. Dosis untuk anak anak diatas 3 bulan adalah 25 mg/kg/hari terbagi setiap 12 jam, 20 mg/kg/hari terbagi setiap 8 jam, 40 mg/kg/hari terbagi setiap 8 jam atau 45 mg/kg/hari terbagi dalam 12 jam terggantung dari derajat keparahan penyakit.
Amoxicillin bisa diminum baik sebelum maupun setelah makan dan obat ini sangat jarang ditemukan berinteraksi dengan obat obat yang lain. Amoxicillin juga aman diberikan untuk ibu hamil dan menyusui walaupun ada beberapa kasus diare yang terjadi pada bayi yang disusui oleh ibu yang minum Amoxicillin.
Efek samping dari Amoxicillin antara lain : diare, gangguan tidur, rasa terbakar di dada, mual, gatal, muntah, gelisah, nyeri perut, perdarahan dan reaksi alergi lainnya.

DEKSAMETASON
Deksametason adalah glukokortikoid sintetik dengan aktivitas imunosupresan dan anti-inflamasi. Sebagai imunosupresan Deksametason bekerja dengan menurunkan respon imun tubuh terhadap stimulasi rangsang. Aktivitas anti-inflamasi Deksametason dengan jalan menekan atau mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi dan menghambat akumulasi sel yang mengalami inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada tempat inflamasi.
Komposisi:
Tiap tablet mengandung Deksametason 0,5 mg.
Indikasi:
Deksametason digunakan sebagai imunosupresan/antialergi, anti-inflamasi pada keadaan-keadaan yang memerlukan terapi dengan glukokortikoid: Reaksi alergi, seperti asma bronkial, dermatitis atopik, alergi obat, rinitis alergi.
Gangguan kolagen, seperti reumatik, karditis akut, lupus eritematosus sistemik.
Reumatik, seperti rematoid arthritis, ankilosing spondilitis, arthritis gout akut. Gangguan dermatologik, seperti eksim, neurodermatitis, pemfigus.
Alergi dan inflamasi akut dan kronik pada mata, seperti konjungtivitis, keratitis, neuritis optik.
Gangguan pernafasan, seperti gejala-gejala sarkoidosis, pneumonitis. Gangguan hematologik, seperti trombositopenia, eritoblastopenia. Gangguan neoplastik, seperti leukemia, limfoma. Gangguan gastrointestinal, seperti kolitis, enteritis.
Edema serebral.
Dosis:
Dosis dewasa:
Dosis awal bervariasi:
0,75 – 9 mg sehari tergantung pada berat ringannya penyakit.
Pada penyakit yang ringan:
dosis dibawah 0,75 mg sehari.
Pada penyakit yang berat:
dosis diatas 9 mg sehari.
Dosis anak-anak:
≤ 1 tahun: 0,1 – 0,25 mg
1 – 5 tahun: 0,25 – 1 mg
6 – 12 tahun: 0,25 – 2 mg

ASAM MEFENAMAT
Asam mefenamat termasuk obat pereda nyeri yang digolongkan sebagai NSAID (Non Steroidal Antiinflammatory Drugs). Obat ini digunakan untuk mengatasi berbagai jenis rasa nyeri, namun lebih sering diresepkan untuk mengatasi sakit gigi, nyeri otot, nyeri sendi dan sakit ketika atau menjelang haid.
Indikasi:
Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.
Komposisi: 
Tiap tablet salut selaput mengandung asam mefenamat 500 mg.
Dosis: 
Digunakan melalui mulut (per oral), sebaiknya sewaktu makan. 

Dewasa dan anak di atas 14 tahun : 
Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam. 

Dismenore 
500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi ataupun sakit dan dilanjutkan selama 2-3 hari. 

Menoragia 
500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi dan dilanjutkan selama 5 hari atau sampai perdarahan berhenti. 
Dosis pertama (500 mg) dikenal dengan loading dose, tujuan pemberiannya adalah agar kadar obat dalam darah meningkat secara cepat, sehingga obat mencapai efek terapinya. Lalu, selanjutnya diberikan dosis sebesar 250 mg, dimana dosis ini dikenal sebagai maintenance dose, yang dimaksudkan agar dapat mempertahankan tingkat keefektifan obat dalam cairan tubuh setelah loading dose tercapai


v TETES TELINGA 

DEFINISI OBAT TETES TELINGA
·                FI III : 10 Guttae Auriculares
Tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga. Kecuali dinyatakan lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air.
·                Ansel : 567
Tetes telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang digunakan pada telinga dengan cara diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam saluran telinga untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit.
·                DOM King : 153
Tetes telinga adalah bahan obat yang dimasukkan ke dalam saluran telinga, yang dimaksudkan untuk efek lokal, dimana bahan – bahan obat tersebut dapat berupa anestetik lokal, peroksida, bahan – bahan antibakteri dan fungisida, yang berbentuk larutan, digunakan untuk membersihkan, menghangatkan, atau mengeringkan telinga bagian luar.
·                http://en.wikipedia.org/wiki/Ear_drop
Tetes telinga adalah bentuk dari obat yang digunakan untuk mengobati dan mencegah infeksi telinga, khususnya infeksi pada telinga bagian luar dan saluran telinga (otitis eksterna).

KEGUNAAN TETES TELINGA
Berikut ini beberapa kegunaan tetes telinga, antara lain :
1.             Infeksi telinga luar
Infeksi telinga luar dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
·                kelembaban yang cukup tinggi,
·                adanya sel – sel epithelium, dan
·                kondisi pH yang alkali yang menyediakan kondisi yang ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme pada rongga yang hangat ini.

Beberapa flora yang terdapat pada telinga luar adalah Micrococci (aureus dan ulbus) danCorynebacteria. Kurang dari 1 % dari telinga normal mengandung Pseudomonas aeruginosa. Ketika sel epitel mengalami luka, infeksi dapat timbul, terutama sekali ketika telinga berada dalam kondisi yang lembab. Infeksi telinga luar (otitis eksternal) dapat diobati dengan kortikosteroid (suspensi atau larutan) dalam propilen glikol dan polietilen glikol. Penggunaan bahan ini juga kadang bersamaan dengan antibiotik yang selektif berdasarkan aktivitasnya melawan Pseudomonas aeruginosa.

2.             Infeksi telinga tengah
Pembengkakan pada telinga tengah biasanya bersamaan dengan pembengkakan rongga hidung yang terhubung melalui saluran eustachius. Infeksi ini biasanya sangat sakit dan diikuti dengan kehilangan pendengaran secara parsial dan demam.
Penggunaan antibiotik membawa perubahan yang sangat luar biasa dalam pengobatan otitis media. Bakteri yang dapat menyebabkan infeksi ini antara lain Proteus dan Pseudomonas.

3.             Untuk melepaskan kotoran telinga
Kotoran telinga adalah campuran sekresi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea dari saluran telinga bagian luar. Tumpukan kotoran telinga yang berlebihan dalam telinga dapat menimbulkan gatal, rasa sakit, gangguan pendengaran dan merupakan penghalang bagi pemeriksaan secara otologik. Telah bertahun-tahun minyak mineral encer, minyak nabati, dan hydrogen peroksida biasan digunakan untuk melunakkan kotoran telinga yang terjepit agar dapat dikeluarkan. Baru-baru ini, larutan surfaktan sintetik dikembangkan untuk aktivitas cerumenolitik dalam melepaskan lilin telinga. Salah satu bahan ini, kondensat dari trietanolamin polipeptida oleat, dalam perdagangan diformulasikan dalam propilen glikol, yang digunakan sebagai pengemulsi kotoran telinga sehingga membantu pengeluarannya.
Tata cara dalam membuang lilin atau kotoran telinga biasanya dimulai dengan menempatkan larutan otik pada saluran telinga dengan posisi kepala pasien miring  45o, lalu memasukkan gumpalan kapas untuk menahan obat dalam telinga selama 15 – 30 menit, disusul dengan menyemprot saluran telinga dengan air hangat perlahan-lahan memakai penyemprot telinga dari karet yang lunak.

4.             Untuk antiinfeksi, antiradang, dan analgetik
Obat-obat yang digunakan pada permukaan bagian luar telinga untuk melawan infeksi adalah zat – zat seperti kloramfenikol, kolistin sulfat, neomisin, polimiksin B sulfat dan nistatin. Pada umumnya zat – zat ini diformulasikan ke dalam bentuk tetes telinga (larutan atau suspensi) dalam gliserin anhidrida atau propilen glikol. Pembawa yang kental ini memungkinkan kontak antara obat dengan jaringan telinga yang lebih lama. Selain itu karena sifat higroskopisnya, memungkinkan menarik kelembaban dari jaringan telinga sehingga mengurangi peradangan dan membuang lembab yang tersedia untuk proses kehidupan mikroorganisme yang ada. Untuk membantu mengurangi rasa sakit yang sering menyertai infeksi telinga, beberapa preparat otik antiinfeksi juga mengandung bahan analgetika seperti antipirin dan anestetika local seperti lidokain dan benzokain.
pH optimum untuk larutan berair yang digunakan pada telinga utamanya adalah dalam pH asam. Fabricant dan Perlstein menemukan range pH antara 5 – 7,8. keefektifan obat telinga sering bergantung pada pH-nya. Larutan alkali biasanya tidak diinginkan karena tidak fisiologis dan menyediakan media yang subur untuk penggandaan infeksi. Ketika pH telinga berubah dari asam menjadi alkali, bakteri dan fungi akan tumbuh lebih cepat. Sering perbedaan dalam keefektifan antara dua obat yang sama itu adalah karena kenyataan bahwa yang satu asam sedangkan yang lainnya basa.
Larutan untuk telinga biasanya memakai wadah botol drop dan harus jernih atau dalam bentuk suspensi yang seragam.

CARA MENGGUNAKAN OBAT TETES TELINGA
http://yankes.itb.ac.id/wp-content/uploads/OTT1-150x150.jpg
1.             Cucilah tangan anda dengan air dan sabun.
http://yankes.itb.ac.id/wp-content/uploads/OTT2-150x150.jpg
2.             Pastikan kondisi ujung botol atau pipet tetes tidak rusak.
http://yankes.itb.ac.id/wp-content/uploads/OTT3-150x150.jpg
3.             Bersihkan telinga bagian luar dengan menggunakan air hangat atau kain lembab dengan hati-hati, kemudian dikeringkan.
http://yankes.itb.ac.id/wp-content/uploads/OTT4-150x150.jpg
4.             Hangatkan obat tetes telinga dengan memegang botolnya menggunakan tangan selama beberapa menit. Kocok botol obat tetes.
http://yankes.itb.ac.id/wp-content/uploads/OTT5-150x150.jpg
5.             Miringkan kepala sehingga telinga yang akan diberikan obat menghadap ke atas.
*          Untuk dewasa: tarik daun telinga ke atas dan ke belakang untuk meluruskan saluran telinganya.
*          Untuk anak <3 tahun: tarik daun telinga ke bawah dan ke belakang untuk meluruskan saluran telinganya.
http://yankes.itb.ac.id/wp-content/uploads/OTT6-150x150.jpg
6.             Teteskan obat sesuai dengan dosis pemakaian pada lubang telinga. Pertahankan posisi kepala 2-3 menit. Tekan secara lembut kulit penutup kecil telinga atau gunakan kapas steril untuk menyumbat lubang telinga agar obat dapat mencapai dasar saluran telinga.
http://yankes.itb.ac.id/wp-content/uploads/OTT7-150x150.jpg
7.             Pasang kembali tutup botol tetes telinga dengan rapat, jangan menyeka atau membilas ujung botol tetes.
http://yankes.itb.ac.id/wp-content/uploads/OTT8-150x150.jpg
8.             Cucilah tangan anda dengan air dan sabun untuk membersihkan sisa obat yang mungkin menempel.

BEBERAPA CONTOH OBAT TETES TELINGA
1.             Erlamycetin
Chloramphenicol

Komposisi :
Tetes telinga Erlamycetin mengandung 1 % Chloramphenlcol base didalam larutan tetes telinga.

Aksi dan Pemakaian :
Sebagai broad spektrum antibiotika, bekerjanya sebagai bakteriostatik terhadap beberapa spesies dan pada keadaan tertentu bekerjanya sebagai bakterisid.

Indikasi :
Infeksi superfisial pada telinga luar oleh kuman gram positif atau gram negatif yang peka terhadap Chloramphenicol.

Kontra Indikasi :

Bagi penderita yang sensitip terhadap Chloramphenicol
Perforasi membran timpani.

Cara pemakaian :
Teteskan kedalam lubang telinga 2 - 3 tetes, 3 kali sehari. Atau menurut petunjuk dokter.

Kemasan :
Botol @ 10 ml.

Peringatan dan Perhatian :
Hindarkan penggunaan jangka lama karena dapat merangsang hipersensitivitas dan superinfeksi oleh kuman yang resisten.
Obat tetes ini hanya bermanfaat untuk infeksi yang sangat superfisial, infeksi yang dalam memerlukan terapi sistemik

Efek samping :
Iritasi lokal seperti gatal, rasa panas, dermatitis vesikuler dan mokulopapular.

Penyimpanan :
Simpan di tempat yang sejuk, kering dan terlindung dari cahaya.

HARUS DENGAN RESEP DOKTER

Reg. No. DKL.7206308448 A1

2.             FORUMEN
Tetes Telinga

Komposisi :
Tiap ml mengandung Natrium Dokusat 5 mg
Farmakologi
Natrium Dokusat mempunyai tegangan permukaan yang ren-dah dan mudah bercampur sehingga dengan cepat akan ber-penetrasi ke dalam massaserumen yang kering, mengubah material padat menjadi semi-padat (disintegrasi massa serumen).

Indikasi
Sebagai bahan pembantu untuk mengeluarkan kotoran telinga.

Kontra-Indikasi
Perforasi/adanya lubang pada gendang telinga atau peradangan pada telinga.

Efek Samping
Rasa tersengat sesaat atau iritasi dapat terjadi.

Perhatian
Jika mengalami rasa nyeri atau peradangan, pengobatan harus dihentikan.

Dosis
Gunakan tetes telinga secukupnya ke dalam telinga yang kotor tidak lebih dari dua malam berturut-turut.

Kemasan
Botol dengan isi bersih 10 ml. No. Reg.: DBL0422239748A1

Penyimpanan
Simpan pada suhu di bawah 25° C
3.             OTOPRAF

Golongan Generik
Fludrokortison asetat 1 mg, Polimiksin B Sulfat 10000 iu, Neomisin Sulfat 5 mg, Lidokain HCl 40 mg.
Indikasi  :
Otitis eksterna (radang liang telinga luar) akut dan kronis, otitis media (radang rongga gendang), furunkulosis, kondisi peradangan pada telinga.
Kontra Indikasi
·                Infeksi telinga yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur yang bernanah dan tak terobati, akut
·                Perlubangan gendang telinga
·                Anak-anak.
Perhatian :
Penggunaan jangka panjang. Penyebab otitis media harus diobati/dihilangkan.
Kemasan  :
Tetes telinga 10 mL x 24 biji.
Dosis :
·                Dewasa : 4 kali sehari 4-5 tetes
·                Anak-anak : 4 kali sehari 2-3 tetes

4.             RECO
Komposisi :
Tiap ml mengandung Chloramphenicol 1 %

Farmakologi :
Chloramphenicol adalah antibiotik yang bersifat bakteriostatik.Pada konsentrasi tinggi Chloramphenicol kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu. Chloramphenicol bekerja dengan jalan menghambat sintesa protein kuman.Yang dihambat adalah enzim peptidil tranferase yang berperan sebagai katalisator untuk membentuk ikatan-ikatan peptida pada sintesa protein kuman.
Indikasi :                  
Infeksi superfisial pada telinga luar oleh kuman gram positif atau gram negatif yang peka terhadap Chloramphenicol.
Aturan pakai:
2-3 kali sehari 1-2 tetes pada telinga yang sakit.
Efek samping :
Iritasi lokal pada penderita yang hipersensitif terhadap Chloramphenicol berupa gatal-gatal dan perasaan terbakar, angioneurotik udema, dermatitis vesikular,makulopapulardan urtikaria.
Kontra indikasi :
·                Penderita yang hipersensitif terhadap Chloramphenicol.
·                Perforasimembrantimfani.
Peringatan dan perhatian  :
·                Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan pertumbuhan mikroorganisme yang tidak peka.
·                Hentikan penggunaan obat ini bila timbul infeksi baru selama pengobatan atau berikan pengobatan yang sesuai.
Kemasan :
Dos isi 25 botol @ 10 ml


Sumber :





v  Pemberian Obat Sublingual

 1.       Definisi
 Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.

 2.       Persiapan
 a.            Persiapan Klien
 - Cek perencanaan Keperawatan klien
 Klien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
 b.            Persiapan Alat
 - Obat yang sudah ditentukan
 - Tongspatel (bila perlu )
 - Kasa untuk membungkus tongspatel


 3.       Pelaksanaan
 - Perawat cuci tangan
 - Memasang tongspatel ( jika klien tidak sadar ) kalau sadar anjurkan klien untuk mengangkat lidahnya
 - Meletakan obat dibawah lidah
 - Memberitahu klien supaya tidak menelan obatt
 - Perawat cuci tangan

 4.       Evaluasi
 - Perhatikan dan catat reaksi klien setelah pemberian obat
 - Perhatikan respon klien dan hasil tindakan

 5.       Dokumentasi
  Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan.


 6.       Cara Pemberian Obat
Cara Pemberian Obat Sublingual/Buccal Keuntungan Onset cepat Mencegah “first –pass effect Tidak diperlukan kemampuan menelan. Kerugian Absorbsi tidak adekuat Kepatuhan pasien kurang (compliance) Mencegah pasien menelan.

 7.       Prinsip Benar Obat
1.Benar Pasien
 Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
                 2.Benar Obat
 Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
3.Benar Dosis
 Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
4.Benar Cara/Rute
 Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.

Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.

Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (
 (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen

                 5.Benar Dokumentasi
 Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

Referensi  :

v Pemberian Obat per vagina

Pemberian Obat pada Vagina
               
Pemberian Obat. Perawat harus memperhatikan hal berikut :
  Interpretasikan dengan tepat resep obat yang dibutuhkan
  Hitung dengan tepat dosis obat yang akan diberikan sesuai dengan resep
  Gunakan prosedur yang sesuai dan aman, ingat prinsip 5 benar dalam pengobatan
  Setelah memvalidasi dan menghitung dosis obat dengan benar, pemberian obat dengan akurat dapat dilakukan berdasarkan prinsip 5 benar.
a.       Benar Klien
b.      Benar Obat
c.       Benar Dosis Obat
d.      Benar Waktu Pemberian
e.      Benar Cara Pemberian  


1.       Definisi
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi local.
2.   Tujuan Pemberian Obat Pervaginam
1. Mengobati infeksi pada vagina
2. Menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada vagina
3. Mengurangi peradangan
3. Indikasi dan Kontraindikasi
1. Indikasi
Vaginitis, keputihan vagina dan serviks (leher rahim) karena berbagai etiologi, ektropia dan parsio dan serviks. Servik sebagai hemoestasis setelah biopsy dan pengangkatan polip di serviks, erosi uretra eksterna dan popiloma uretra kondiloma akuminata. Luka akibat penggunaan instrument ginekologi untuk mempercepat proses penyembuhan setelah electron koagulasi.
2. Kontraindikasi
Jangan diberikan pada orang yang mempunyai kecenderungan hipersensitif atau alergi.

4. Macam-macam Obat Pervaginam
Tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal. Satu ovula dimasukan sedalam mungkin ke dalam vagina setiap hari sebelum tidur selama 1-2 minggu boleh dipakai sebagai pengobatan tersendiri atau sebagai terapi interval pada kontensasi. Pamakaian selama masa haid (menstruasi) tidak dianjurkan.
Contoh obat supositoria vagina :
a. Flagil Supositoria
b. Vagistin Supositoria
c. Albotil Supositoria
d. Mistatin Supositoria
e. Tri Costatis Supositoria
f. Neoginoksa Supositoria

5. Keuntungan dan Kerugian Pemberian Obat Pervaginam
1. Keuntungan
a. Proses penyembuhan lebih cepat, dimana jaringan nekrotik dikoagulasi dan kemudian dikeluarkan.
b. Mengobati infeksi pada vagina.
c. Mengurangi peradangan
2. Kerugian
Dapat menimbulkan pengeluaran jaringan rusak, dan dalam vagina berupa bau dan rasa tidak nyaman.



6.       Prosedur kerja
a.       Cuci tangan.
b.      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
c.       Gunakan sarung tangan
d.      Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
e.      Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
f.        Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recumbert.
g.       Apabila jenis obat suppositoria maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat.
h.      Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
i.         Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu.
j.        Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi.
k.       Cuci tangan.
l.         Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.

8.       Pemberian obat – obatan atau cairan tertentu melalui vagina dapat dilakukan dengan cara:
a. Mengumbah (irigasi).
b. Mengoleskan.
c. Supposutorium.

6.       Persiapan alat
a. Irigator dengan selangnya.
b. Kanula vagina steril dalam tempatnya.
c. Sarung tangan.
d. Standar infus, bila perlu.
e. Obat cairan yang diperlukan, dalam tempatnya.
f. Bengkok (nierbekken).
g. Pispot.
h. Alat bokong.
i. Selimut.
j. Kapas sublimat
k. Klem.
l. Sampiran (schrem) 

7.       Persiapan pasien
(1) Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya
(2) Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
(3) Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal
(4) Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja.

8.       Evaluasi
a.       Kriteria evaluasi :
b.      Klien akan memperlihatkan efek / reaksi tubuh yang minimal terhadap pengobatan.
c.       Klien dapat memahami regimen / tata laksana pengobatan yang sedang dijalani.
d.      Nakes yang terlibat menggunakan intervensi yang dapat mencegah masalah medikasi pada klien.




Referensi  :





v PEMBERIAN OBAT PER REKTAL


TEKNIK PEMBERIAN OBAT

Memberikan obat dengan aman dan akurat merupakan salah satu tanggung jawab perawat atau bidan . Tanggung jawab perawat dalam pengobatan adalah :
1.Memahami aksi dan efek samping obat
2.Memberikan obat dengan benar 
3.Memonitor respon klien
4.Membantu klien menggunakan obat dengan benar 

10 TAHAP PEMBERIAN OBAT DENGAN AMAN (10 BENAR OBAT)

1.      mengetahui pasien
2.      mengetahui obat
3.      komunikasi dengan jelas
4.      hati-hati dengan obat yang memiliki nama mirip atau bentuk mirip
5.      ketat dan lakukan standarisasi thd penyimpanan, persediaan dan distribusiobat.
6.      periksa alat-alat yang digunakan
7.      jangan menyabotase diri sendiri
8.      lakukan pendidikan thd petugas
9.      dorong klien untuk menjadi bagian dari pengamanan obat
10.  tentukan target pada proses, bukan pada pelaku

Pemberian Obat Secara Rektal
Adalah obat yang cara pemberiannya melalui dubur atau anus. Maksudnya adalah mempercepat kerja obat serta bersifat lokal dan sistematik.Biasanya adalah obat pencahar atau obat agar bisa buang air besar.Biasanya dalam linkup Rumah Sakit pada pasien yang akan Operasi Besar ataupun sudah lama tidak bisa buang air besar.

Contoh obat perektal :

1.      Microlax
2.      Faktu Ointment,
3.      Ultraproct ointment,
4.      Stesolid Rektal

PEMBERIAN OBAT SUPOSITORIA MELALUI REKTAL

1.      Definisi
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.
2.      . Tujuan Pemberian
a. Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik
b. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan
3.      3. Persiapan alat
a. Kartu obat
b. Supositoria rectal
c. Jeli pelumas
d. Sarung tangan
e. Tissue
4.       Prosedur kerja
a. Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan dosis
b. Siapkan klien
(1) Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya
(2) Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
(3) Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal
(4) Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja.
c. Pakai sarung tangan
d. Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatnya dengan jelly. Beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dari tangan dominan anda.
e. Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelakkan sfingter ani
f. Regangkan bokong klien dengan tangan non dominan, dengan jari telunjuk masukkan supositoria ke dalam anus, melalui sfingter ani dan mengenai dinding rectal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak – anak
g. Tarik jari anda dan bersihkan area kanal klien
h. Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit
i. Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letakkan tombol pemanggil dalam jangkauan klien sehingga ia dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi
j. Lepaskan sarung tangan, buang ditempat semestinya
k. Cuci tangan
l. Kaji respon klien
m. Dokumentasikan semua tindakan

Dosis obat suppositoriayang digunakan melalui rektum mungkin lebih besar atau lebih kecil daripada obat yang dipakai secara oral, tergantung kepada faktor-faktor seperti keadaan tubuh pasien, sifat fisika kimia obat dan kemampuan obat melewati penghalang fisiologi untuk absorpsi dan sifat basis suppositoria serta kemampuannya melepaskan obat supaya siap untuk diabsorpsi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat dalam rektum pada pemberian obat dalam bentuk suppositoria yaitu :
i) Faktor fisiologis
Antara lain ada tidaknya feses dalam rektum, sirkulasi darah di rektum, beberapa kondisi patologik seperti diare sehingga terjadi dehidrasi pada tubuh, pH cairan rektal, juga selaput lendir pada dinding rektum. Untuk memberikan efek yang optimal rektum harus dikosongkan dulu. Cairan rektal memiliki kapasitas dapar yang rendah, sehingga pH cairan rektal sangat dipengaruhi pH zat aktif yang ada melarut. Bila diatur pH kritis untuk memperoleh efisiensi absorpsi yang optimal maka dibutuhkan penambahan dapar ke dalam formula. Selaput lendir bisa menghambat absorpsi terutama bila selaput lendir tersebut kental dan tebal. Penempatan suppositoria di dalam rektum, bila terlalu dalam akan menuju vena hemoroidal atas.
ii) Faktor fisikokimia
Antara lain koefisien partisi lemak-air dari zat aktif, kecepatan hancurnya basis, kecepatan disolusi zat aktif dalam cairan rektal, keadaan zat aktif dalam suppositoria (jika terlarut, maka dalam basis biasanya proses pelepasan dan disolusi zat aktif menjadi lebih lambat), kelarutan zat aktif dalam cairan rektal, ukuran partikel zat aktif.
iii) Adanya zat tambahan khusus ke dalam basis
Misalnya surfaktan, dapat merubah tegangan permukaan selaput mukosa pada rektal sehingga absorpsi zat berkhasiat menjadi lebih baik. Surfaktan dapat memperbesar kelarutan suatu zat berkhasiat sehingga diabsorpsi lebih cepat, tapi juga dapat membentuk suatu kompleks senyawa baru yang lambat diabsorpsi.
iv) Faktor aliran darah
Makin banyak pembuluh darah di sekitar suppositoria maka absorpsi obat akan semakin cepat. Tetapi luas permukaan absorpsi terbatas di daerah kolon dan tidak ada perbedaan luas permukaan yang mencolok di daerah kolon, baik di pinggir, di tengah maupun di dalam daerah kolon. Setelah obat diabsorpsi dari usus halus obat dialirkan melalui vena porta hepatika ke hati. Hati memetabolisme obat tersebut, dapat berupa modifikasi atau mengurangi efek obat tersebut. di lain pihak jumlah yang lebih banyak dari obat yang sama dengan di atas akan diabsorpsi melalui anorektal. Vena haemoroid halus yang mengelilingi kolon dan rektum masuk vena kava inferior sehingga tidak masuk ke hati. Vena haemoroid menuju ke vena porta dan bermuara di hati. Tetapi lebih dari setengah pemberian melalui rektal diabsorpsi langsung ke sirkulasi tubuh. Sirkulasi limfa juga membantu absorpsi obat melalui rektal dan mengalihkannya dari hati. Rektal tidak mempunyai daya kapasitas buffer. Menurut Schumber, asam dan basa lemah lebih cepat diabsorpsi daripada asam / basa kuat dan yang terionisasi kuat lainnya,
v SALEP MATA


A.    Pengertian
Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata menggunakan.
Salep mata memberikan arti lain dimana obat dapat mempertahankan kontak dengan mata dan jaringan disekelilingnya tanpa tercuci oleh cairan air mata.

B.     Cara Kerja
Dari tempat kerjanya yaitu bekerja pada kelopak mata, kelenjar sebasea, konjungtiva, kornea dan iris

C.     Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sediaan berupa salep mata:
  • Salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan dibawah kondisi yang bernar-benar aseptik dan memenuhi persyaratan dari tes sterilisasi resmi.
  • Sterilisasi terminal dari salep akhir dalam tube disempurnakan dengan menggunakan dosis yang sesuai dengan radiasi gamma.
  • Salep mata harus mengandung bahan yang sesuai atau campuran bahan untuk mencegah pertumbuhan atau menghancurkan mikroorganisme yang berbahaya ketika wadah terbuka selama penggunaan. Bahan antimikroba yang biasa digunakan adalah klorbutanol, paraben atau merkuri organik.
  • Salep akhir harus bebas dari partikel besar.
  • Basis yang digunakan tidak mengiritasi mata, membiarkan difusi obat melalui pencucian sekresi mata dan mempertahankan aktivitas obat pada jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang sesuai.
·                     Sterilitas merupakan syarat yang paling penting, tidak layak membuat sediaan larutan mata yang mengandung banyak mikroorganisme yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. Infeksi mata dari organisme ini dapat menyebabkan kebutaan, bahaya yang paling utama adalah memasukkan produk nonsteril kemata saat kornea digososk. Bahan partikulat yang dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan pada pasien. Jika suatu anggapan batasan mekanisme pertahanan mata menjelaskan dengan sendirinya bahwa sediaan mata harus steril. Air mata tidak seperti darah tidak mengandung antibodi atau mekanisme untuk memproduksinya. Mekanisme utama untuk pertahanan melawan infeksi mata adalah aksi sederhana pencucian dengan air mata dan suatu enzim yang ditemukan dalam air mata (lizosim) yang mempunyai kemampuan menghidrolisa selubung polisakarida dari beberapa mikroorganisme, satu dari mikroorganisme yang tidak dipengaruhi oleh lizosim yakni yang paling mampu menyebabkan kerusakan mata yaitu Pseudomonas aeruginosa (Bacilllus pyocyamis).
D.    Karakteristik sediaan salep mata:
  • Kejernihan
Larutan mata adalah dengan definisi bebas dari partikel asing dan jernih secara normal diperoleh dengan filtrasi. Tentunya, pentingnya peralatan filtrasi agar jernih dan tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk menghilangkannya. Pengerjaan penampilan untuk larutan dalam lingkungan yang bersih, penggunaan LAF dan harus tidak tertumpah memberikan kebersihan untuk penyiapan larutan jernih bebas dari partikel asing. Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan sterilisasi dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah dan tutup. Keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tak tertumpahkan. Wadah atau tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama dalam penyimpanan. Normalnya dilakukan tes sterilisasi
  • Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan seperti produk mata tergantung sifat kimia bahan obat, pH produk, metode penyiapan (khususnya penggunaan suhu), zat tambahan larutanb dan tipe pengemasan
Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok pada mata pada pH 6,8. Namun demikian pH stabilitas kimia (atau ketidakstabilan) dapat diukur dalam beberapa hari atau bulan. Dengan obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia kurang dari 1 tahun. Sebaliknya pada pH 5 kedua obat stabil dalam beberapa tahun
  • Buffer dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya diformulasi pada pH yang ekuivalen dengan cairan air mata yaitu 7,4. dan prkteknya jarang dicapai. Mayoritas bahan aktif dalam optalmology adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. Ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi kortikosteroid tidak larut. Suspensi biasanya paling stabil pada pH asam
pH optimum umumnya menginginkan kompromi pada formulator. pH diseleksi jadi optimum untuk stabil. Sistem dapar diseleksi agar mempunyai kapasitas adekuat untuk memperoleh pH dengan range stabilitas untuk durasi umur produk. Kapasitas buffer adalah kunci utama situasi ini
  • Tonisitas
Tonisitas berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan berair. Larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketikamagnitude sifat koligatif larutan adfalah sama. Larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika tonisitasnya sama dengan 0,9 % larutan NaCl
Sebenarnya mata lebih toleran terhadap variasi tonisitas dari suatu waktu yang diusulkan. Mata biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5 % – 1,8 % NaCl intraokuler. Namun demikian ini tidak dibutuhkan ketika stabilitas produk dipertimbangkan
  • Viskositas
USP mengizinkan penggunaan peningkat viskositas untuk memperpanjang waktu kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metil selulose, polivinil alkohol dan hidroksil metil selulose ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas
Investigator telah mempelajari efek peningkatan viskositas pada waktu kontak dalam mata. Umumnya viskositas meningkat dari 25 – 50 cps range signifikan meningkatkan lama kontak dalam mata
  • Bahan Tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata dibolehkan, namun pemilihannya dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya natrium bisulfit atau metasulfit, digunakan dalam konsentrasi sampai 0,3 %, khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askobat atau asetilsistein dapat digunakan. Antioksidan ini berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin
Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama. Surfaktan nonionik, keluar toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi rendahkhususnya suspensi steroid dan berhubungan dengan kejernihan larutan. Surfaktan jarang digunakan sebagai kosolven untuk meningkatkan kelarutan
Penggunaan surfaktan, khususnya beberapa konsentrasi signifikan, sebaiknya dengan karakteristik bahan-bahan. Surfaktan nonionik, khususnya dapat bereaksi dengan adsorpsi dengan komponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem pengawet. Benzalkonium klorida dalam range 0,01 – 0,02 % dengan toksisitas faktor pembatas konsentrasi, sebagai pengawet digunakan dalam jumlah besar larutan dengan suspensi sediaan mata
E.     Cara penggunaan salep mata:
  1. Cuci tangan
  2. Buka tutup dari tube
  3. Dengan satu tangan, tarik kelopak mata bagian bawah perlahan-lahan
  4. Sambil melihat keatas, tekan sejumlah kecil salep kedalam kelopak mata bagian bawah (± ¼ – ½ inci). Hati-hati agar tidak menyentuhkan ujung tube pada mata, kelopak mata, jari, dll
  5. Tutup mata dengan lembut dan putar bola mata kesegala arah pada saat mata ditutup. Kadang-kadang pengaburan dapat terjadi
  6. Kelopak mata yang tertutup dapat digosok dengan lembut dengan jari untuk mendistribusikan obat melalui fornix.
  7. Tutup kembali tube
    • Hati-hati untuk mencegah kontaminasi tutup tube saat dibuka.
    • Pada saat tube salep dibuka pertama kali, tekan keluar ¼ inci salep dan buang karena mungkin terlalu kering.
    • Jangan pernah menyentuh ujung tube dengan permukaan apapun.
    • Jika mempunyai lebih dari satu tube untu salep mata yang sama, buka satu tube saja.
    • Jika menggunakan lebih dari satu jenis salep mata pada waktu yang sama, tunggu sekitar 10 menit sebelum menggunakan salep lainnya.
    • Untuk memperbaiki aliran dari salep, pegang tube dalam tangan selama beberapa menit sebelum digunakan.
    • Sangat bermanfaat untuk latihan menggunakan salep dengan persis di depan cermin.



v OBAT TETES MATA
·         


OBAT TETES MATA
A.    PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan obat tetes mata (guttae ophthalmicae) adalah suatu sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan untuk terapi atau pengobatan mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak dan bola mata.

B.     PENGGOLONGAN OBAT
Tetes Mata bisa digolongkan ke dalam beberapa golongan, yaitu:
  • Antiinfeksi
  • Antiinflamasi
  • Midriatik dan Cycloplegic
  • Miotik dan Anti Glaukoma
  • Anastetik Lokal
  • Tonik
  • Lain-lain
GOLONGAN TETES MATA
ANTIINFEKSI
Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi digunakan pada gangguan mata karena adanya infeksi oleh mikroba, masuknya benda asing ke dalam kornea mata atau kornea mata luka/ulkus.
Kandungan obat antiseptik dan antiinfeksi mata selain pembawa yang harus steril dan inert (tidak menimbulkan efek pada mata atau tidak bereaksi dengan zat aktifnya/obat) dalam bentuk tetes atau salep, juga zat aktifnya merupakan antibiotik/antiseptik atau antivirus dengan berbagai golongan.

Berikut ini jenis zat aktif yang ada dalam obat antiseptik dan antiinfeksi mata :
  1. Sulfacetamid Na (Albucid®)
    1. Ciprofloxacin HCl (Baquinor® TM)


Ulkus kornea yang disebabkan oleh Pseudomonas aeroginosa, Serratia marcescens, Staphyllococcus aureus, Streptococcus epidermidis, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus viridans.
  1. Tobramycin (Tobradex®)
  2. Chloramphenicol dan kombinasinya
Sediaan Chloramphenicol: Colsancetine®, Cendo Fenicol®, Ikamicetin®.
Sediaan dgn kombinasi: Cendo Mycos® (dgn Hydrocortison).
  1. Dibekacin Sulfat (Dibekacin Meiji® TM)
  2. 6. Ofloxacin (Tarivid® TM, Cendo Floxa®)
  3. Gentamycin Sulfat (Garamycin® TM, Sagestam® TM, Cendo Gentamycin® TM)
  4. Oxytetracycline dan turunannya (Terra-cotril®)
  5. Kombinasi Neomycin Sulfat dan antibiotik lainnya
Untuk sediaan tetes mata Neomisin Sulfat dikombinasi dengan Polymixin B Sulfat dan Phenylephrine atau Polymixin B Sulfat dan Gramicidin.
Sedangkan sediaan salep matanya Neomycin Sulfat dikombinasi dengan Polymixin B Sulfat atau Bacitracin
10. Ofloxacin (Tarivid® TM)
11. Acyclovir
ANTIINFLAMASI
Peradangan pada mata sering disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur dan alergi. Gejala yang dirasakan pasien misalnya mata berair dan gatal, tampak kemerahan, adanya secret/kotoran mata, silau,  buram atau kelopak mata bengkak. Pengobatan bergantung kepada penyebabnya dapat berupa antibiotika,anti inflamasi, anti alergi, anti jamur dan anti virus. Misalnya Cendo Lyteers®, Cendo Vision®, Vision® dan Voltaren Opthma®.
MIDRIATIK DAN CYCLOPLEGIC
Digunakan untuk memperlebar pupil mata, biasanya digunakan bila akan dilakukan pemeriksaan pada mata untuk melihat detail mata. Tetes mata midriatik secara temporer akan menstimulasi pelebaran otot iris pada mata.
Midriatik biasa digunakan untuk alasan berikut ini:
  1. Relaksasi otot lensa mata dalam melakukan fokus mata.
  2. Dalam operasi mata untuk menghindari luka gores dengan memperlebar pupil mata (misal: operasi katarak).
  3. Untuk menghindari operasi katarak pada penderita katarak kecil yang masih kecil.
  4. Post operatif Glaukoma.
  5. Pada anak-anak penderita amblyopia (mata malas), midriatik  digunakan sebagai terapi untuk memburamkan pandangan mata agar otak anak terstimulasi.
Penggunaan Midriatik menyebabkan pelebaran pupil mata sehingga lebih sensitif terhadap cahaya. Oleh sebab itu penggunaan kacamata UV dapat membantu. Misalnya : Cendo Mydriatil ®
MIOTIK DAN ANTI GLAUKOMA
Miotik digunakan dengan tujuan konstriksi/memperkecil pupil mata. Obat jenis ini bertolak belakang dengan penggunaan tetes mata midriatik. Sedangkan antiglaukoma digunakan untuk mencegah peningkatan Tekanan Intra Okular yang berakibat pada perubahan patologis optik mata yang dapat menyebabkan kebutaan. Contoh sediaan, misalnya: Azopt ® TM, Betoptima ® TM, Cendo Carpine ® TM, Cendo Timolol ®.
ANASTETIK LOKAL
Anastetik local mata biasa digunakan untuk menimbulkan kekebalan atau mati rasa. Biasanya digunakan sebelum mengukur tekanan pada mata, menghilangkan objek asing dari mata dan sebelum melakukan beberapa pemeriksaan mata. Efek dari tetes mata anastetik biasanya selama 20 menit. Contoh sediaan Pantocain®.
TONIK
Tonik mata berfungsi sebagai penyegar dan mengatasi kelelahan pada mata. Penggunaannya juga mampu mempertajam penglihatan. Contoh sediaan, misalnya : Cendo Augentonic ®.

C.    CARA PENGGUNAAN
Bagaimana cara menggunakan obat tetes mata?

1. Cucilah tangan anda dengan air dan sabun

2. Pastikan kondisi ujung botol tetes tidak rusak

3. Condongkan kepala ke belakang, tarik kelopak bawah mata menggunakan jari telunjuk sehingga kelopak mata membentuk kantung

4. Pegang botol tetes dengan menggunakan tangan yang lainnya sedekat mungkin dengan kelopak mata tanpa menyentuhnya. Tekan botol tetes secara perlahan sampai jumlah tetes cairan yang dibutuhkan masuk ke dalam kantung kelopak bawah mata. Jangan mengedip

5. Tutup mata selama 2-3 menit. Bersihkan cairan berlebih pada wajah dengan menggunakan tisu.

6. Jangan menyeka atau membilas ujung botol tetes

7. Pasang kembali tutup botol tetes mata dengan rapat.

8. Cucilah tangan anda dengan air dan sabun untuk membersihkan sisa obat yang mungkin menempel.