BAB
II
PEMBAHASAN
v
Pemberian obat per oral
PARACETAMOL
Indikasi:
Sebagai
antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal.
Sebagai analgesik,
misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu
haid dan sakit pada otot.menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
Kontra Indikasi:
Kontra Indikasi:
Hipersensitif
terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat dehidroganase.tidak boleh
digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.
Deskripsi:
Deskripsi:
Paracetamol
adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesik
Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral.
Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.
Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga sehingga tindak digunakan sebagai antirematik.
Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral.
Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.
Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga sehingga tindak digunakan sebagai antirematik.
Aksi/kerja utama
paracetamol adalah dengan cara menghambat sintesis prostaglandin di pusat otak
(hipotalamus), tetapi tidak di perifer (jaringan), sehingga tidak mempunyai
efek sebagai anti inflamasi. Paracetamol mampu meringankan/ menghilangkan rasa
nyeri tanpa mempengaruhi susunan syaraf pusat dan tidak menimbulkan
ketagihan.Walau relatif aman, tidak berarti paracetamol dapat ditelan semaunya.
Pemakaian paracetamol berbulan-bulan secara rutin dalam dosis yang tinggi
cenderung menghasilkan kerusakan hati. Efek samping lain adalah reaksi
hipersensitif dan kelainan darah.
AMOXILIN
Amoxicillin adalah
antibiotika yang termasuk ke dalam golongan penisilin.
Obat ini tersedia di
pasaran dalam bentuk Kapsul : 250 dan 500 mg. Tablet : 500 mg. Sirop kering :
125mg/5ml dan 250mg/5ml. Vial untuk injeksi : 1000mg dan 500mg.
Dosis therapi untuk
Amoxicillin pada orang dewasa adalah 250 mg setiap 8 jam, 500 mg setiap 8 jam,
500 mg setiap 12 jam, terggantung dari derajat keparahan dari penyakit yang di
derita. Untuk pengobatan gonorrhea pada orang dewasa, diberikan Amoxicillin
sebanyak 3 g sekali minum. Dosis untuk anak anak diatas 3 bulan adalah 25
mg/kg/hari terbagi setiap 12 jam, 20 mg/kg/hari terbagi setiap 8 jam, 40
mg/kg/hari terbagi setiap 8 jam atau 45 mg/kg/hari terbagi dalam 12 jam
terggantung dari derajat keparahan penyakit.
Amoxicillin bisa
diminum baik sebelum maupun setelah makan dan obat ini sangat jarang ditemukan
berinteraksi dengan obat obat yang lain. Amoxicillin juga aman diberikan untuk
ibu hamil dan menyusui walaupun ada beberapa kasus diare yang terjadi pada bayi
yang disusui oleh ibu yang minum Amoxicillin.
Efek samping dari
Amoxicillin antara lain : diare, gangguan tidur, rasa terbakar di dada, mual,
gatal, muntah, gelisah, nyeri perut, perdarahan dan reaksi alergi lainnya.
Deksametason adalah glukokortikoid sintetik
dengan aktivitas imunosupresan dan anti-inflamasi. Sebagai imunosupresan
Deksametason bekerja dengan menurunkan respon imun tubuh terhadap stimulasi
rangsang. Aktivitas anti-inflamasi Deksametason dengan jalan menekan atau
mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi dan menghambat akumulasi sel
yang mengalami inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada tempat inflamasi.
Komposisi:
Tiap tablet mengandung Deksametason 0,5 mg.
Indikasi:
Deksametason digunakan sebagai
imunosupresan/antialergi, anti-inflamasi pada keadaan-keadaan yang memerlukan
terapi dengan glukokortikoid: Reaksi alergi, seperti asma bronkial, dermatitis
atopik, alergi obat, rinitis alergi.
Gangguan kolagen, seperti reumatik, karditis
akut, lupus eritematosus sistemik.
Reumatik, seperti rematoid arthritis, ankilosing
spondilitis, arthritis gout akut. Gangguan dermatologik, seperti eksim,
neurodermatitis, pemfigus.
Alergi dan inflamasi akut dan kronik pada mata, seperti konjungtivitis, keratitis, neuritis optik.
Alergi dan inflamasi akut dan kronik pada mata, seperti konjungtivitis, keratitis, neuritis optik.
Gangguan pernafasan, seperti gejala-gejala
sarkoidosis, pneumonitis. Gangguan hematologik, seperti trombositopenia,
eritoblastopenia. Gangguan neoplastik, seperti leukemia, limfoma. Gangguan
gastrointestinal, seperti kolitis, enteritis.
Edema serebral.
Dosis:Edema serebral.
Dosis dewasa:
Dosis awal bervariasi:
0,75 – 9 mg sehari tergantung pada berat ringannya penyakit.
Pada penyakit yang ringan:
dosis dibawah 0,75 mg sehari.
Pada penyakit yang berat:
dosis diatas 9 mg sehari.
Dosis anak-anak:
≤ 1 tahun: 0,1 – 0,25 mg
1 – 5 tahun: 0,25 – 1 mg
6 – 12 tahun: 0,25 – 2 mg
ASAM
MEFENAMAT
Asam mefenamat termasuk
obat pereda nyeri yang digolongkan sebagai NSAID (Non Steroidal Antiinflammatory
Drugs). Obat ini digunakan untuk mengatasi berbagai jenis rasa nyeri, namun
lebih sering diresepkan untuk mengatasi sakit gigi, nyeri otot, nyeri sendi dan
sakit ketika atau menjelang haid.
Indikasi:
Dapat menghilangkan
nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala,
sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri
otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan.
Komposisi:
Tiap tablet salut
selaput mengandung asam mefenamat 500 mg.
Dosis:
Digunakan melalui mulut
(per oral), sebaiknya sewaktu makan.
Dewasa dan anak di atas 14 tahun :
Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.
Dismenore
500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi ataupun sakit dan dilanjutkan selama 2-3 hari.
Menoragia
500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi dan dilanjutkan selama 5 hari atau sampai perdarahan berhenti.
Dewasa dan anak di atas 14 tahun :
Dosis awal yang dianjurkan 500 mg kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.
Dismenore
500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi ataupun sakit dan dilanjutkan selama 2-3 hari.
Menoragia
500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat mulai menstruasi dan dilanjutkan selama 5 hari atau sampai perdarahan berhenti.
Dosis pertama (500 mg)
dikenal dengan loading dose, tujuan pemberiannya adalah agar kadar obat dalam
darah meningkat secara cepat, sehingga obat mencapai efek terapinya. Lalu,
selanjutnya diberikan dosis sebesar 250 mg, dimana dosis ini dikenal sebagai
maintenance dose, yang dimaksudkan agar dapat mempertahankan tingkat keefektifan
obat dalam cairan tubuh setelah loading dose tercapai
v
TETES TELINGA
DEFINISI
OBAT TETES TELINGA
·
FI III : 10 Guttae Auriculares
Tetes
telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan
obat ke dalam telinga. Kecuali dinyatakan lain, tetes telinga dibuat
menggunakan cairan pembawa bukan air.
·
Ansel : 567
Tetes
telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang digunakan pada telinga
dengan cara diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam saluran
telinga untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk mengobati
infeksi, peradangan atau rasa sakit.
·
DOM King : 153
Tetes
telinga adalah bahan obat yang dimasukkan ke dalam saluran telinga, yang
dimaksudkan untuk efek lokal, dimana bahan – bahan obat tersebut dapat berupa
anestetik lokal, peroksida, bahan – bahan antibakteri dan fungisida, yang
berbentuk larutan, digunakan untuk membersihkan, menghangatkan, atau
mengeringkan telinga bagian luar.
Tetes
telinga adalah bentuk dari obat yang digunakan untuk mengobati dan mencegah
infeksi telinga, khususnya infeksi pada telinga bagian luar dan saluran telinga
(otitis eksterna).
KEGUNAAN
TETES TELINGA
Berikut ini beberapa
kegunaan tetes telinga, antara lain :
1.
Infeksi telinga luar
Infeksi telinga luar dapat disebabkan oleh beberapa hal,
antara lain :
·
kelembaban yang cukup
tinggi,
·
adanya sel – sel
epithelium, dan
·
kondisi pH yang alkali
yang menyediakan kondisi yang ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme pada
rongga yang hangat ini.
Beberapa flora yang
terdapat pada telinga luar adalah Micrococci (aureus dan ulbus)
danCorynebacteria. Kurang dari 1 % dari telinga normal mengandung Pseudomonas
aeruginosa. Ketika sel epitel mengalami luka, infeksi dapat timbul,
terutama sekali ketika telinga berada dalam kondisi yang lembab. Infeksi
telinga luar (otitis eksternal) dapat diobati dengan kortikosteroid (suspensi
atau larutan) dalam propilen glikol dan polietilen glikol. Penggunaan bahan ini
juga kadang bersamaan dengan antibiotik yang selektif berdasarkan aktivitasnya
melawan Pseudomonas
aeruginosa.
2.
Infeksi telinga tengah
Pembengkakan pada telinga tengah biasanya bersamaan
dengan pembengkakan rongga hidung yang terhubung melalui saluran eustachius.
Infeksi ini biasanya sangat sakit dan diikuti dengan kehilangan pendengaran
secara parsial dan demam.
Penggunaan antibiotik membawa perubahan yang sangat
luar biasa dalam pengobatan otitis media. Bakteri yang dapat menyebabkan
infeksi ini antara lain Proteus dan Pseudomonas.
3.
Untuk melepaskan kotoran telinga
Kotoran telinga adalah campuran sekresi kelenjar
keringat dan kelenjar sebasea dari saluran telinga bagian luar. Tumpukan
kotoran telinga yang berlebihan dalam telinga dapat menimbulkan gatal, rasa
sakit, gangguan pendengaran dan merupakan penghalang bagi pemeriksaan secara
otologik. Telah bertahun-tahun minyak mineral encer, minyak nabati, dan
hydrogen peroksida biasan digunakan untuk melunakkan kotoran telinga yang
terjepit agar dapat dikeluarkan. Baru-baru ini, larutan surfaktan sintetik
dikembangkan untuk aktivitas cerumenolitik dalam melepaskan lilin telinga.
Salah satu bahan ini, kondensat dari trietanolamin polipeptida oleat, dalam
perdagangan diformulasikan dalam propilen glikol, yang digunakan sebagai
pengemulsi kotoran telinga sehingga membantu pengeluarannya.
Tata cara dalam membuang lilin atau kotoran telinga
biasanya dimulai dengan menempatkan larutan otik pada saluran telinga dengan
posisi kepala pasien miring 45o, lalu memasukkan gumpalan
kapas untuk menahan obat dalam telinga selama 15 – 30 menit, disusul dengan
menyemprot saluran telinga dengan air hangat perlahan-lahan memakai penyemprot
telinga dari karet yang lunak.
4.
Untuk antiinfeksi, antiradang, dan analgetik
Obat-obat yang digunakan pada permukaan bagian luar
telinga untuk melawan infeksi adalah zat – zat seperti kloramfenikol, kolistin
sulfat, neomisin, polimiksin B sulfat dan nistatin. Pada umumnya zat – zat ini
diformulasikan ke dalam bentuk tetes telinga (larutan atau suspensi) dalam
gliserin anhidrida atau propilen glikol. Pembawa yang kental ini memungkinkan
kontak antara obat dengan jaringan telinga yang lebih lama. Selain itu karena
sifat higroskopisnya, memungkinkan menarik kelembaban dari jaringan telinga
sehingga mengurangi peradangan dan membuang lembab yang tersedia untuk proses
kehidupan mikroorganisme yang ada. Untuk membantu mengurangi rasa sakit yang
sering menyertai infeksi telinga, beberapa preparat otik antiinfeksi juga
mengandung bahan analgetika seperti antipirin dan anestetika local seperti
lidokain dan benzokain.
pH optimum untuk larutan berair yang digunakan pada
telinga utamanya adalah dalam pH asam. Fabricant dan Perlstein menemukan range
pH antara 5 – 7,8. keefektifan obat telinga sering bergantung pada pH-nya.
Larutan alkali biasanya tidak diinginkan karena tidak fisiologis dan
menyediakan media yang subur untuk penggandaan infeksi. Ketika pH telinga
berubah dari asam menjadi alkali, bakteri dan fungi akan tumbuh lebih cepat.
Sering perbedaan dalam keefektifan antara dua obat yang sama itu adalah karena
kenyataan bahwa yang satu asam sedangkan yang lainnya basa.
Larutan untuk telinga biasanya memakai wadah botol
drop dan harus jernih atau dalam bentuk suspensi yang seragam.
CARA
MENGGUNAKAN OBAT TETES TELINGA
1.
Cucilah tangan anda dengan air dan
sabun.
2.
Pastikan kondisi ujung botol atau pipet
tetes tidak rusak.
3.
Bersihkan telinga bagian luar dengan
menggunakan air hangat atau kain lembab dengan hati-hati, kemudian dikeringkan.
4.
Hangatkan obat tetes telinga dengan
memegang botolnya menggunakan tangan selama beberapa menit. Kocok botol obat
tetes.
5.
Miringkan kepala sehingga telinga yang
akan diberikan obat menghadap ke atas.
Untuk dewasa: tarik daun telinga ke atas
dan ke belakang untuk meluruskan saluran telinganya.
Untuk anak <3 tahun: tarik daun
telinga ke bawah dan ke belakang untuk meluruskan saluran telinganya.
6.
Teteskan obat sesuai dengan dosis
pemakaian pada lubang telinga. Pertahankan posisi kepala 2-3 menit. Tekan
secara lembut kulit penutup kecil telinga atau gunakan kapas steril untuk
menyumbat lubang telinga agar obat dapat mencapai dasar saluran telinga.
7.
Pasang kembali tutup botol tetes telinga
dengan rapat, jangan menyeka atau membilas ujung botol tetes.
8.
Cucilah tangan anda dengan air dan sabun
untuk membersihkan sisa obat yang mungkin menempel.
BEBERAPA
CONTOH OBAT TETES TELINGA
1.
Erlamycetin
Chloramphenicol
Komposisi :
Tetes telinga Erlamycetin mengandung 1 % Chloramphenlcol base didalam larutan tetes telinga.
Aksi dan Pemakaian :
Sebagai broad spektrum antibiotika, bekerjanya sebagai bakteriostatik terhadap beberapa spesies dan pada keadaan tertentu bekerjanya sebagai bakterisid.
Indikasi :
Infeksi superfisial pada telinga luar oleh kuman gram positif atau gram negatif yang peka terhadap Chloramphenicol.
Kontra Indikasi :
Bagi penderita yang sensitip terhadap Chloramphenicol
Perforasi membran timpani.
Chloramphenicol
Komposisi :
Tetes telinga Erlamycetin mengandung 1 % Chloramphenlcol base didalam larutan tetes telinga.
Aksi dan Pemakaian :
Sebagai broad spektrum antibiotika, bekerjanya sebagai bakteriostatik terhadap beberapa spesies dan pada keadaan tertentu bekerjanya sebagai bakterisid.
Indikasi :
Infeksi superfisial pada telinga luar oleh kuman gram positif atau gram negatif yang peka terhadap Chloramphenicol.
Kontra Indikasi :
Bagi penderita yang sensitip terhadap Chloramphenicol
Perforasi membran timpani.
Cara
pemakaian :
Teteskan kedalam lubang telinga 2 - 3 tetes, 3 kali sehari. Atau menurut petunjuk dokter.
Kemasan :
Botol @ 10 ml.
Peringatan dan Perhatian :
Hindarkan penggunaan jangka lama karena dapat merangsang hipersensitivitas dan superinfeksi oleh kuman yang resisten.
Obat tetes ini hanya bermanfaat untuk infeksi yang sangat superfisial, infeksi yang dalam memerlukan terapi sistemik
Efek samping :
Iritasi lokal seperti gatal, rasa panas, dermatitis vesikuler dan mokulopapular.
Penyimpanan :
Simpan di tempat yang sejuk, kering dan terlindung dari cahaya.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Teteskan kedalam lubang telinga 2 - 3 tetes, 3 kali sehari. Atau menurut petunjuk dokter.
Kemasan :
Botol @ 10 ml.
Peringatan dan Perhatian :
Hindarkan penggunaan jangka lama karena dapat merangsang hipersensitivitas dan superinfeksi oleh kuman yang resisten.
Obat tetes ini hanya bermanfaat untuk infeksi yang sangat superfisial, infeksi yang dalam memerlukan terapi sistemik
Efek samping :
Iritasi lokal seperti gatal, rasa panas, dermatitis vesikuler dan mokulopapular.
Penyimpanan :
Simpan di tempat yang sejuk, kering dan terlindung dari cahaya.
HARUS DENGAN RESEP DOKTER
Reg. No. DKL.7206308448 A1
2.
FORUMEN
Tetes Telinga
Tetes Telinga
Komposisi :
Tiap ml mengandung Natrium
Dokusat 5 mg
Farmakologi
Natrium Dokusat mempunyai tegangan permukaan yang ren-dah dan mudah bercampur sehingga dengan cepat akan ber-penetrasi ke dalam massaserumen yang kering, mengubah material padat menjadi semi-padat (disintegrasi massa serumen).
Indikasi
Sebagai bahan pembantu untuk mengeluarkan kotoran telinga.
Kontra-Indikasi
Natrium Dokusat mempunyai tegangan permukaan yang ren-dah dan mudah bercampur sehingga dengan cepat akan ber-penetrasi ke dalam massaserumen yang kering, mengubah material padat menjadi semi-padat (disintegrasi massa serumen).
Indikasi
Sebagai bahan pembantu untuk mengeluarkan kotoran telinga.
Kontra-Indikasi
Perforasi/adanya lubang pada
gendang telinga atau peradangan pada telinga.
Efek Samping
Rasa tersengat sesaat atau iritasi dapat terjadi.
Efek Samping
Rasa tersengat sesaat atau iritasi dapat terjadi.
Perhatian
Jika mengalami rasa nyeri atau peradangan, pengobatan harus dihentikan.
Dosis
Gunakan tetes telinga secukupnya ke dalam telinga yang kotor tidak lebih dari dua malam berturut-turut.
Kemasan
Botol dengan isi bersih 10 ml. No. Reg.: DBL0422239748A1
Penyimpanan
Simpan pada suhu di bawah 25° C
3.
OTOPRAF
Golongan Generik
Fludrokortison asetat 1 mg, Polimiksin B Sulfat 10000 iu, Neomisin Sulfat 5 mg, Lidokain HCl 40 mg.
Fludrokortison asetat 1 mg, Polimiksin B Sulfat 10000 iu, Neomisin Sulfat 5 mg, Lidokain HCl 40 mg.
Indikasi :
Otitis eksterna (radang liang telinga luar) akut dan kronis, otitis media (radang rongga gendang), furunkulosis, kondisi peradangan pada telinga.
Otitis eksterna (radang liang telinga luar) akut dan kronis, otitis media (radang rongga gendang), furunkulosis, kondisi peradangan pada telinga.
Kontra Indikasi
·
Infeksi telinga yang disebabkan oleh
bakteri, virus, atau jamur yang bernanah dan tak terobati, akut
·
Perlubangan gendang telinga
·
Anak-anak.
Perhatian :
Penggunaan jangka panjang. Penyebab otitis media harus diobati/dihilangkan.
Penggunaan jangka panjang. Penyebab otitis media harus diobati/dihilangkan.
Kemasan :
Tetes telinga 10 mL x 24 biji.
Tetes telinga 10 mL x 24 biji.
Dosis :
·
Dewasa : 4 kali sehari 4-5 tetes
·
Anak-anak : 4 kali sehari 2-3 tetes
4.
RECO
Komposisi :
Tiap ml mengandung Chloramphenicol 1 %
Tiap ml mengandung Chloramphenicol 1 %
Farmakologi :
Chloramphenicol adalah
antibiotik yang bersifat bakteriostatik.Pada konsentrasi tinggi Chloramphenicol
kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu.
Chloramphenicol bekerja dengan jalan menghambat sintesa protein kuman.Yang
dihambat adalah enzim peptidil tranferase yang berperan sebagai katalisator
untuk membentuk ikatan-ikatan peptida pada sintesa protein kuman.
Indikasi
:
Infeksi superfisial pada telinga luar oleh kuman gram positif atau gram negatif yang peka terhadap Chloramphenicol.
Infeksi superfisial pada telinga luar oleh kuman gram positif atau gram negatif yang peka terhadap Chloramphenicol.
Aturan pakai:
2-3 kali sehari 1-2 tetes pada telinga yang sakit.
2-3 kali sehari 1-2 tetes pada telinga yang sakit.
Efek samping :
Iritasi lokal pada penderita yang hipersensitif terhadap Chloramphenicol berupa gatal-gatal dan perasaan terbakar, angioneurotik udema, dermatitis vesikular,makulopapulardan urtikaria.
Iritasi lokal pada penderita yang hipersensitif terhadap Chloramphenicol berupa gatal-gatal dan perasaan terbakar, angioneurotik udema, dermatitis vesikular,makulopapulardan urtikaria.
Kontra indikasi :
·
Penderita yang hipersensitif terhadap
Chloramphenicol.
·
Perforasimembrantimfani.
Peringatan dan
perhatian :
·
Penggunaan jangka panjang dapat
menimbulkan pertumbuhan mikroorganisme yang tidak peka.
·
Hentikan penggunaan obat ini bila timbul
infeksi baru selama pengobatan atau berikan pengobatan yang sesuai.
Kemasan :
Dos isi 25 botol @ 10 ml
Dos isi 25 botol @ 10 ml
Sumber :
v Pemberian Obat Sublingual
1. Definisi
Adalah obat
yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang
ditimbulkan bisa lebih cepat karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan
pusat dari sakit. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah
efek obat akan terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan
metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.
2. Persiapan
a. Persiapan Klien
- Cek
perencanaan Keperawatan klien
Klien diberi
penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
b. Persiapan Alat
- Obat yang
sudah ditentukan
- Tongspatel
(bila perlu )
- Kasa untuk
membungkus tongspatel
3. Pelaksanaan
- Perawat
cuci tangan
- Memasang
tongspatel ( jika klien tidak sadar ) kalau sadar anjurkan klien untuk
mengangkat lidahnya
- Meletakan
obat dibawah lidah
- Memberitahu
klien supaya tidak menelan obatt
- Perawat
cuci tangan
4. Evaluasi
- Perhatikan
dan catat reaksi klien setelah pemberian obat
- Perhatikan
respon klien dan hasil tindakan
5. Dokumentasi
Mencatat
tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil
tindakan,nama obat dan dosis, perrawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan.
6. Cara Pemberian Obat
Cara Pemberian Obat Sublingual/Buccal Keuntungan
Onset cepat Mencegah “first –pass effect Tidak diperlukan kemampuan menelan.
Kerugian Absorbsi tidak adekuat Kepatuhan pasien kurang (compliance) Mencegah
pasien menelan.
7. Prinsip Benar Obat
1.Benar Pasien
Sebelum obat
diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur,
gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika
pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai,
misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri
akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain
seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu
diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2.Benar Obat
Obat memiliki
nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing
(baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi
apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi
obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali.
Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua
label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke
rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus
dikembalikan ke bagian farmasi.
3.Benar Dosis
Sebelum
memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum
dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus
memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis
yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
4.Benar Cara/Rute
Obat dapat
diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian
rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan.
Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal,
inhalasi.
Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan
paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga
diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani,
para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar
usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau
membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa
enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal
dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp),
hemoroid (
(anusol),
pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal
memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral,
namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran
pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas,
dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya,
misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam
keadaan darurat misalnya terapi oksigen
5.Benar Dokumentasi
Setelah obat
itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat
itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat
diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.
Referensi :
v
Pemberian Obat per vagina
Pemberian
Obat pada Vagina
Pemberian Obat. Perawat harus memperhatikan hal
berikut :
Interpretasikan dengan tepat resep obat yang
dibutuhkan
Hitung dengan tepat dosis obat yang akan diberikan
sesuai dengan resep
Gunakan prosedur yang sesuai dan aman, ingat prinsip
5 benar dalam pengobatan
Setelah memvalidasi dan menghitung dosis obat dengan
benar, pemberian obat dengan akurat dapat dilakukan berdasarkan prinsip 5
benar.
a.
Benar Klien
b.
Benar Obat
c.
Benar Dosis Obat
d.
Benar Waktu Pemberian
e.
Benar Cara Pemberian
1.
Definisi
Merupakan cara memberikan obat dengan memasukkan obat
melalui vagina, yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat dan mengobati
saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia dalam bentuk krim dan
suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi local.
2.
Tujuan
Pemberian Obat Pervaginam
1. Mengobati infeksi pada vagina
2. Menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada vagina
3. Mengurangi peradangan
1. Mengobati infeksi pada vagina
2. Menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada vagina
3. Mengurangi peradangan
3.
Indikasi dan Kontraindikasi
1. Indikasi
Vaginitis, keputihan vagina dan serviks (leher rahim) karena berbagai etiologi, ektropia dan parsio dan serviks. Servik sebagai hemoestasis setelah biopsy dan pengangkatan polip di serviks, erosi uretra eksterna dan popiloma uretra kondiloma akuminata. Luka akibat penggunaan instrument ginekologi untuk mempercepat proses penyembuhan setelah electron koagulasi.
2. Kontraindikasi
Jangan diberikan pada orang yang mempunyai kecenderungan hipersensitif atau alergi.
1. Indikasi
Vaginitis, keputihan vagina dan serviks (leher rahim) karena berbagai etiologi, ektropia dan parsio dan serviks. Servik sebagai hemoestasis setelah biopsy dan pengangkatan polip di serviks, erosi uretra eksterna dan popiloma uretra kondiloma akuminata. Luka akibat penggunaan instrument ginekologi untuk mempercepat proses penyembuhan setelah electron koagulasi.
2. Kontraindikasi
Jangan diberikan pada orang yang mempunyai kecenderungan hipersensitif atau alergi.
4.
Macam-macam Obat Pervaginam
Tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal. Satu ovula dimasukan sedalam mungkin ke dalam vagina setiap hari sebelum tidur selama 1-2 minggu boleh dipakai sebagai pengobatan tersendiri atau sebagai terapi interval pada kontensasi. Pamakaian selama masa haid (menstruasi) tidak dianjurkan.
Contoh obat supositoria vagina :
a. Flagil Supositoria
b. Vagistin Supositoria
c. Albotil Supositoria
d. Mistatin Supositoria
e. Tri Costatis Supositoria
f. Neoginoksa Supositoria
Tersedia dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal. Satu ovula dimasukan sedalam mungkin ke dalam vagina setiap hari sebelum tidur selama 1-2 minggu boleh dipakai sebagai pengobatan tersendiri atau sebagai terapi interval pada kontensasi. Pamakaian selama masa haid (menstruasi) tidak dianjurkan.
Contoh obat supositoria vagina :
a. Flagil Supositoria
b. Vagistin Supositoria
c. Albotil Supositoria
d. Mistatin Supositoria
e. Tri Costatis Supositoria
f. Neoginoksa Supositoria
5.
Keuntungan dan Kerugian Pemberian Obat Pervaginam
1. Keuntungan
a. Proses penyembuhan lebih cepat, dimana jaringan nekrotik dikoagulasi dan kemudian dikeluarkan.
b. Mengobati infeksi pada vagina.
c. Mengurangi peradangan
2. Kerugian
Dapat menimbulkan pengeluaran jaringan rusak, dan dalam vagina berupa bau dan rasa tidak nyaman.
1. Keuntungan
a. Proses penyembuhan lebih cepat, dimana jaringan nekrotik dikoagulasi dan kemudian dikeluarkan.
b. Mengobati infeksi pada vagina.
c. Mengurangi peradangan
2. Kerugian
Dapat menimbulkan pengeluaran jaringan rusak, dan dalam vagina berupa bau dan rasa tidak nyaman.
6.
Prosedur kerja
a.
Cuci tangan.
b.
Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
c.
Gunakan sarung tangan
d.
Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
e.
Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
f.
Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recumbert.
g.
Apabila jenis obat suppositoria maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada
obat.
h.
Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding
kanal vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
i.
Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu.
j.
Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi.
k.
Cuci tangan.
l.
Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.
8.
Pemberian obat – obatan atau cairan tertentu melalui vagina dapat dilakukan
dengan cara:
a.
Mengumbah (irigasi).
b. Mengoleskan.
c. Supposutorium.
b. Mengoleskan.
c. Supposutorium.
6.
Persiapan alat
a.
Irigator dengan selangnya.
b. Kanula vagina steril dalam tempatnya.
c. Sarung tangan.
d. Standar infus, bila perlu.
e. Obat cairan yang diperlukan, dalam tempatnya.
f. Bengkok (nierbekken).
g. Pispot.
h. Alat bokong.
i. Selimut.
j. Kapas sublimat
k. Klem.
l. Sampiran (schrem)
b. Kanula vagina steril dalam tempatnya.
c. Sarung tangan.
d. Standar infus, bila perlu.
e. Obat cairan yang diperlukan, dalam tempatnya.
f. Bengkok (nierbekken).
g. Pispot.
h. Alat bokong.
i. Selimut.
j. Kapas sublimat
k. Klem.
l. Sampiran (schrem)
7.
Persiapan pasien
(1)
Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya
(2) Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
(3) Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal
(4) Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja.
(2) Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
(3) Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal
(4) Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja.
8.
Evaluasi
a.
Kriteria evaluasi :
b.
Klien akan memperlihatkan efek / reaksi tubuh yang minimal terhadap pengobatan.
c.
Klien dapat memahami regimen / tata laksana pengobatan yang sedang dijalani.
d.
Nakes yang terlibat menggunakan intervensi yang dapat mencegah masalah medikasi
pada klien.
Referensi :
v PEMBERIAN OBAT
PER REKTAL
TEKNIK
PEMBERIAN OBAT
Memberikan obat dengan aman dan akurat merupakan salah
satu tanggung jawab perawat atau bidan . Tanggung jawab perawat dalam
pengobatan adalah :
1.Memahami aksi
dan efek samping obat
2.Memberikan obat
dengan benar
3.Memonitor respon
klien
4.Membantu klien
menggunakan obat dengan benar
10 TAHAP PEMBERIAN OBAT DENGAN AMAN
(10 BENAR OBAT)
1. mengetahui pasien
2. mengetahui obat
3. komunikasi dengan jelas
4. hati-hati dengan obat yang memiliki nama mirip atau
bentuk mirip
5. ketat dan lakukan standarisasi thd penyimpanan,
persediaan dan distribusiobat.
6. periksa alat-alat yang digunakan
7. jangan menyabotase diri sendiri
8. lakukan pendidikan thd petugas
9. dorong klien untuk menjadi bagian dari pengamanan obat
10. tentukan target pada proses, bukan pada pelaku
Pemberian Obat Secara
Rektal
Adalah obat
yang cara pemberiannya melalui dubur atau anus. Maksudnya adalah mempercepat
kerja obat serta bersifat lokal dan sistematik.Biasanya adalah obat
pencahar atau obat agar bisa buang air besar.Biasanya dalam linkup Rumah Sakit
pada pasien yang akan Operasi Besar ataupun sudah lama tidak bisa buang air
besar.
Contoh obat perektal :
1. Microlax
2. Faktu
Ointment,
3. Ultraproct
ointment,
PEMBERIAN OBAT SUPOSITORIA MELALUI REKTAL
1. Definisi
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.
2.
. Tujuan Pemberian
a. Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik
b. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan
a. Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik
b. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan
3.
3. Persiapan alat
a. Kartu obat
b. Supositoria rectal
c. Jeli pelumas
d. Sarung tangan
e. Tissue
a. Kartu obat
b. Supositoria rectal
c. Jeli pelumas
d. Sarung tangan
e. Tissue
4.
Prosedur kerja
a. Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan dosis
b. Siapkan klien
(1) Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya
(2) Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
(3) Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal
(4) Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja.
c. Pakai sarung tangan
d. Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatnya dengan jelly. Beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dari tangan dominan anda.
e. Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelakkan sfingter ani
f. Regangkan bokong klien dengan tangan non dominan, dengan jari telunjuk masukkan supositoria ke dalam anus, melalui sfingter ani dan mengenai dinding rectal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak – anak
g. Tarik jari anda dan bersihkan area kanal klien
h. Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit
i. Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letakkan tombol pemanggil dalam jangkauan klien sehingga ia dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi
j. Lepaskan sarung tangan, buang ditempat semestinya
k. Cuci tangan
l. Kaji respon klien
m. Dokumentasikan semua tindakan
a. Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan dosis
b. Siapkan klien
(1) Identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya
(2) Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
(3) Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal
(4) Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja.
c. Pakai sarung tangan
d. Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatnya dengan jelly. Beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dari tangan dominan anda.
e. Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelakkan sfingter ani
f. Regangkan bokong klien dengan tangan non dominan, dengan jari telunjuk masukkan supositoria ke dalam anus, melalui sfingter ani dan mengenai dinding rectal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak – anak
g. Tarik jari anda dan bersihkan area kanal klien
h. Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit
i. Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letakkan tombol pemanggil dalam jangkauan klien sehingga ia dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi
j. Lepaskan sarung tangan, buang ditempat semestinya
k. Cuci tangan
l. Kaji respon klien
m. Dokumentasikan semua tindakan
Dosis obat suppositoriayang
digunakan melalui rektum mungkin lebih besar atau lebih kecil daripada obat
yang dipakai secara oral, tergantung kepada faktor-faktor seperti keadaan tubuh
pasien, sifat fisika kimia obat dan kemampuan obat melewati penghalang
fisiologi untuk absorpsi dan sifat basis suppositoria serta kemampuannya
melepaskan obat supaya siap untuk diabsorpsi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi
obat dalam rektum pada pemberian obat dalam bentuk suppositoria yaitu :
i) Faktor fisiologis
Antara lain ada tidaknya feses dalam rektum, sirkulasi
darah di rektum, beberapa kondisi patologik seperti diare sehingga terjadi
dehidrasi pada tubuh, pH cairan rektal, juga selaput lendir pada dinding
rektum. Untuk memberikan efek yang optimal rektum harus dikosongkan dulu.
Cairan rektal memiliki kapasitas dapar yang rendah, sehingga pH cairan rektal
sangat dipengaruhi pH zat aktif yang ada melarut. Bila diatur pH kritis untuk
memperoleh efisiensi absorpsi yang optimal maka dibutuhkan penambahan dapar ke
dalam formula. Selaput lendir bisa menghambat absorpsi terutama bila selaput
lendir tersebut kental dan tebal. Penempatan suppositoria di dalam rektum, bila
terlalu dalam akan menuju vena hemoroidal atas.
ii) Faktor fisikokimia
Antara lain koefisien partisi lemak-air dari zat
aktif, kecepatan hancurnya basis, kecepatan disolusi zat aktif dalam cairan
rektal, keadaan zat aktif dalam suppositoria (jika terlarut, maka dalam basis
biasanya proses pelepasan dan disolusi zat aktif menjadi lebih lambat),
kelarutan zat aktif dalam cairan rektal, ukuran partikel zat aktif.
iii) Adanya zat tambahan khusus ke dalam basis
Misalnya surfaktan, dapat merubah tegangan permukaan
selaput mukosa pada rektal sehingga absorpsi zat berkhasiat menjadi lebih baik.
Surfaktan dapat memperbesar kelarutan suatu zat berkhasiat sehingga diabsorpsi
lebih cepat, tapi juga dapat membentuk suatu kompleks senyawa baru yang lambat
diabsorpsi.
iv) Faktor aliran darah
Makin banyak pembuluh darah di sekitar suppositoria
maka absorpsi obat akan semakin cepat. Tetapi luas permukaan absorpsi terbatas
di daerah kolon dan tidak ada perbedaan luas permukaan yang mencolok di daerah
kolon, baik di pinggir, di tengah maupun di dalam daerah kolon. Setelah obat
diabsorpsi dari usus halus obat dialirkan melalui vena porta hepatika ke hati.
Hati memetabolisme obat tersebut, dapat berupa modifikasi atau mengurangi efek
obat tersebut. di lain pihak jumlah yang lebih banyak dari obat yang sama
dengan di atas akan diabsorpsi melalui anorektal. Vena haemoroid halus yang
mengelilingi kolon dan rektum masuk vena kava inferior sehingga tidak masuk ke
hati. Vena haemoroid menuju ke vena porta dan bermuara di hati. Tetapi lebih
dari setengah pemberian melalui rektal diabsorpsi langsung ke sirkulasi tubuh.
Sirkulasi limfa juga membantu absorpsi obat melalui rektal dan mengalihkannya
dari hati. Rektal tidak mempunyai daya kapasitas buffer. Menurut Schumber, asam
dan basa lemah lebih cepat diabsorpsi daripada asam / basa kuat dan yang
terionisasi kuat lainnya,
v
SALEP MATA
A.
Pengertian
Salep mata
adalah salep steril untuk pengobatan mata menggunakan.
Salep mata
memberikan arti lain dimana obat dapat mempertahankan kontak dengan mata dan
jaringan disekelilingnya tanpa tercuci oleh cairan air mata.
B.
Cara Kerja
Dari
tempat kerjanya yaitu bekerja pada kelopak mata, kelenjar sebasea, konjungtiva,
kornea dan iris
C. Syarat-syarat yang harus dipenuhi
oleh sediaan berupa salep mata:
- Salep mata dibuat dari bahan yang disterilkan dibawah kondisi yang bernar-benar aseptik dan memenuhi persyaratan dari tes sterilisasi resmi.
- Sterilisasi terminal dari salep akhir dalam tube disempurnakan dengan menggunakan dosis yang sesuai dengan radiasi gamma.
- Salep mata harus mengandung bahan yang sesuai atau campuran bahan untuk mencegah pertumbuhan atau menghancurkan mikroorganisme yang berbahaya ketika wadah terbuka selama penggunaan. Bahan antimikroba yang biasa digunakan adalah klorbutanol, paraben atau merkuri organik.
- Salep akhir harus bebas dari partikel besar.
- Basis yang digunakan tidak mengiritasi mata, membiarkan difusi obat melalui pencucian sekresi mata dan mempertahankan aktivitas obat pada jangka waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang sesuai.
·
Sterilitas merupakan syarat yang paling
penting, tidak layak membuat sediaan larutan mata yang mengandung banyak
mikroorganisme yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa.
Infeksi mata dari organisme ini dapat menyebabkan kebutaan, bahaya yang paling
utama adalah memasukkan produk nonsteril kemata saat kornea digososk. Bahan
partikulat yang dapat mengiritasi mata menghasilkan ketidaknyamanan pada
pasien. Jika suatu anggapan batasan mekanisme pertahanan mata menjelaskan dengan
sendirinya bahwa sediaan mata harus steril. Air mata tidak seperti darah tidak
mengandung antibodi atau mekanisme untuk memproduksinya. Mekanisme utama untuk
pertahanan melawan infeksi mata adalah aksi sederhana pencucian dengan air mata
dan suatu enzim yang ditemukan dalam air mata (lizosim) yang mempunyai
kemampuan menghidrolisa selubung polisakarida dari beberapa mikroorganisme,
satu dari mikroorganisme yang tidak dipengaruhi oleh lizosim yakni yang paling
mampu menyebabkan kerusakan mata yaitu Pseudomonas aeruginosa (Bacilllus
pyocyamis).
D.
Karakteristik
sediaan salep mata:
- Kejernihan
Larutan mata
adalah dengan definisi bebas dari partikel asing dan jernih secara normal
diperoleh dengan filtrasi. Tentunya, pentingnya peralatan filtrasi agar jernih
dan tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk
larutan dengan desain peralatan untuk menghilangkannya. Pengerjaan penampilan
untuk larutan dalam lingkungan yang bersih, penggunaan LAF dan harus tidak
tertumpah memberikan kebersihan untuk penyiapan larutan jernih bebas dari
partikel asing. Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan sterilisasi
dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari bahwa
larutan jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah dan tutup. Keduanya,
wadah dan tutup harus bersih, steril dan tak tertumpahkan. Wadah atau tutup
tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama dalam penyimpanan. Normalnya dilakukan tes sterilisasi
- Stabilitas
Stabilitas obat dalam larutan
seperti produk mata tergantung sifat kimia bahan obat, pH produk, metode
penyiapan (khususnya penggunaan suhu), zat tambahan larutanb dan tipe
pengemasan
Obat seperti pilokarpin dan
fisostigmin aktif dan cocok pada mata pada pH 6,8. Namun demikian pH stabilitas
kimia (atau ketidakstabilan) dapat diukur dalam beberapa hari atau bulan.
Dengan obat ini, bahan kehilangan stabilitas kimia kurang dari 1 tahun.
Sebaliknya pada pH 5 kedua obat stabil dalam beberapa tahun
- Buffer dan pH
Idealnya, sediaan mata sebaiknya
diformulasi pada pH yang ekuivalen dengan cairan air mata yaitu 7,4. dan
prkteknya jarang dicapai. Mayoritas bahan aktif dalam optalmology adalah garam
basa lemah dan paling stabil pada pH asam. Ini umumnya dapat dibuat dalam
suspensi kortikosteroid tidak larut. Suspensi biasanya paling stabil pada pH
asam
pH optimum umumnya menginginkan
kompromi pada formulator. pH diseleksi jadi optimum untuk stabil. Sistem dapar
diseleksi agar mempunyai kapasitas adekuat untuk memperoleh pH dengan range
stabilitas untuk durasi umur produk. Kapasitas buffer adalah kunci utama
situasi ini
- Tonisitas
Tonisitas
berarti tekanan osmotik yang diberikan oleh garam-garam dalam larutan berair.
Larutan mata adalah isotonik dengan larutan lain ketikamagnitude sifat
koligatif larutan adfalah sama. Larutan mata dipertimbangkan isotonik ketika
tonisitasnya sama dengan 0,9 % larutan NaCl
Sebenarnya mata
lebih toleran terhadap variasi tonisitas dari suatu waktu yang diusulkan. Mata
biasanya dapat mentoleransi larutan sama untuk range 0,5 % – 1,8 % NaCl
intraokuler. Namun
demikian ini tidak dibutuhkan ketika stabilitas produk dipertimbangkan
- Viskositas
USP mengizinkan penggunaan peningkat
viskositas untuk memperpanjang waktu kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat
dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metil selulose, polivinil alkohol dan hidroksil
metil selulose ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas
Investigator telah mempelajari efek peningkatan viskositas
pada waktu kontak dalam mata. Umumnya viskositas meningkat dari 25 – 50 cps
range signifikan meningkatkan lama kontak dalam mata
- Bahan Tambahan
Penggunaan bahan tambahan dalam
larutan mata dibolehkan, namun pemilihannya dalam jumlah tertentu. Antioksidan,
khususnya natrium bisulfit atau metasulfit, digunakan dalam konsentrasi sampai
0,3 %, khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin. Antioksidan
lain seperti asam askobat atau asetilsistein dapat digunakan. Antioksidan ini
berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin
Penggunaan
surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama. Surfaktan nonionik, keluar
toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi rendahkhususnya
suspensi steroid dan berhubungan dengan kejernihan larutan. Surfaktan jarang
digunakan sebagai kosolven untuk meningkatkan kelarutan
Penggunaan
surfaktan, khususnya beberapa konsentrasi signifikan, sebaiknya dengan
karakteristik bahan-bahan. Surfaktan nonionik, khususnya dapat bereaksi dengan
adsorpsi dengan komponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem pengawet.
Benzalkonium klorida dalam range 0,01 – 0,02 % dengan toksisitas faktor
pembatas konsentrasi, sebagai pengawet digunakan dalam jumlah besar larutan
dengan suspensi sediaan mata
E. Cara penggunaan salep mata:
- Cuci tangan
- Buka tutup dari tube
- Dengan satu tangan, tarik kelopak mata bagian bawah perlahan-lahan
- Sambil melihat keatas, tekan sejumlah kecil salep kedalam kelopak mata bagian bawah (± ¼ – ½ inci). Hati-hati agar tidak menyentuhkan ujung tube pada mata, kelopak mata, jari, dll
- Tutup mata dengan lembut dan putar bola mata kesegala arah pada saat mata ditutup. Kadang-kadang pengaburan dapat terjadi
- Kelopak mata yang tertutup dapat digosok dengan lembut dengan jari untuk mendistribusikan obat melalui fornix.
- Tutup kembali tube
- Hati-hati untuk mencegah kontaminasi tutup tube saat dibuka.
- Pada saat tube salep dibuka pertama kali, tekan keluar ¼ inci salep dan buang karena mungkin terlalu kering.
- Jangan pernah menyentuh ujung tube dengan permukaan apapun.
- Jika mempunyai lebih dari satu tube untu salep mata yang sama, buka satu tube saja.
- Jika menggunakan lebih dari satu jenis salep mata pada waktu yang sama, tunggu sekitar 10 menit sebelum menggunakan salep lainnya.
- Untuk memperbaiki aliran dari salep, pegang tube dalam tangan selama beberapa menit sebelum digunakan.
- Sangat bermanfaat untuk latihan menggunakan salep dengan persis di depan cermin.
v
OBAT TETES MATA
·
OBAT
TETES MATA
A. PENGERTIAN
Yang
dimaksud dengan obat tetes mata (guttae ophthalmicae) adalah suatu sediaan
steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan untuk terapi atau pengobatan
mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak
dan bola mata.
B.
PENGGOLONGAN
OBAT
Tetes Mata bisa digolongkan ke dalam
beberapa golongan, yaitu:
- Antiinfeksi
- Antiinflamasi
- Midriatik dan Cycloplegic
- Miotik dan Anti Glaukoma
- Anastetik Lokal
- Tonik
- Lain-lain
GOLONGAN TETES MATA
ANTIINFEKSI
Obat
mata golongan antiseptik dan antiinfeksi digunakan pada gangguan mata karena
adanya infeksi oleh mikroba, masuknya benda asing ke dalam kornea mata atau
kornea mata luka/ulkus.
Kandungan
obat antiseptik dan antiinfeksi mata selain pembawa yang harus steril dan inert
(tidak menimbulkan efek pada mata atau tidak bereaksi dengan zat aktifnya/obat)
dalam bentuk tetes atau salep, juga zat aktifnya merupakan
antibiotik/antiseptik atau antivirus dengan berbagai golongan.
Berikut ini jenis zat aktif yang ada
dalam obat antiseptik dan antiinfeksi mata :
- Sulfacetamid Na (Albucid®)
- Ciprofloxacin HCl (Baquinor® TM)
Ulkus
kornea yang disebabkan oleh Pseudomonas aeroginosa, Serratia marcescens,
Staphyllococcus aureus, Streptococcus epidermidis, Streptococcus pneumoniae,
Streptococcus viridans.
- Tobramycin (Tobradex®)
- Chloramphenicol dan kombinasinya
Sediaan Chloramphenicol:
Colsancetine®, Cendo Fenicol®, Ikamicetin®.
Sediaan dgn kombinasi: Cendo Mycos® (dgn Hydrocortison).
- Dibekacin Sulfat (Dibekacin Meiji® TM)
- 6. Ofloxacin (Tarivid® TM, Cendo Floxa®)
- Gentamycin Sulfat (Garamycin® TM, Sagestam® TM, Cendo Gentamycin® TM)
- Oxytetracycline dan turunannya (Terra-cotril®)
- Kombinasi Neomycin Sulfat dan antibiotik lainnya
Untuk sediaan tetes mata Neomisin
Sulfat dikombinasi dengan Polymixin B Sulfat dan Phenylephrine atau Polymixin B
Sulfat dan Gramicidin.
Sedangkan sediaan salep matanya
Neomycin Sulfat dikombinasi dengan Polymixin B Sulfat atau Bacitracin
10. Ofloxacin (Tarivid® TM)
11. Acyclovir
ANTIINFLAMASI
Peradangan
pada mata sering disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur dan alergi.
Gejala yang dirasakan pasien misalnya mata berair dan gatal, tampak kemerahan,
adanya secret/kotoran mata, silau, buram atau kelopak mata bengkak.
Pengobatan bergantung kepada penyebabnya dapat berupa antibiotika,anti
inflamasi, anti alergi, anti jamur dan anti virus. Misalnya Cendo Lyteers®, Cendo Vision®, Vision® dan
Voltaren Opthma®.
MIDRIATIK
DAN CYCLOPLEGIC
Digunakan untuk memperlebar pupil mata, biasanya
digunakan bila akan dilakukan pemeriksaan pada mata untuk melihat detail mata. Tetes mata
midriatik secara temporer akan menstimulasi pelebaran otot iris pada mata.
Midriatik
biasa digunakan untuk alasan berikut ini:
- Relaksasi otot lensa mata dalam melakukan fokus mata.
- Dalam operasi mata untuk menghindari luka gores dengan memperlebar pupil mata (misal: operasi katarak).
- Untuk menghindari operasi katarak pada penderita katarak kecil yang masih kecil.
- Post operatif Glaukoma.
- Pada anak-anak penderita amblyopia (mata malas), midriatik digunakan sebagai terapi untuk memburamkan pandangan mata agar otak anak terstimulasi.
Penggunaan
Midriatik menyebabkan pelebaran pupil mata sehingga lebih sensitif terhadap
cahaya. Oleh sebab itu penggunaan kacamata UV dapat membantu. Misalnya : Cendo
Mydriatil ®
MIOTIK
DAN ANTI GLAUKOMA
Miotik
digunakan dengan tujuan konstriksi/memperkecil pupil mata. Obat jenis ini
bertolak belakang dengan penggunaan tetes mata midriatik. Sedangkan
antiglaukoma digunakan untuk mencegah peningkatan Tekanan Intra Okular yang
berakibat pada perubahan patologis optik mata yang dapat menyebabkan kebutaan.
Contoh sediaan, misalnya: Azopt ®
TM, Betoptima ® TM, Cendo Carpine ® TM, Cendo Timolol ®.
ANASTETIK
LOKAL
Anastetik
local mata biasa digunakan untuk menimbulkan kekebalan atau mati rasa. Biasanya
digunakan sebelum mengukur tekanan pada mata, menghilangkan objek asing dari
mata dan sebelum melakukan beberapa pemeriksaan mata. Efek dari tetes mata
anastetik biasanya selama 20 menit. Contoh sediaan Pantocain®.
TONIK
Tonik mata berfungsi sebagai
penyegar dan mengatasi kelelahan pada mata. Penggunaannya juga mampu
mempertajam penglihatan. Contoh sediaan, misalnya : Cendo Augentonic ®.
C.
CARA PENGGUNAAN
Bagaimana
cara menggunakan obat tetes mata?
1.
Cucilah tangan anda dengan air dan sabun
2.
Pastikan kondisi ujung botol tetes tidak rusak
3.
Condongkan kepala ke belakang, tarik kelopak bawah mata menggunakan jari
telunjuk sehingga kelopak mata membentuk kantung
4.
Pegang botol tetes dengan menggunakan tangan yang lainnya sedekat mungkin
dengan kelopak mata tanpa menyentuhnya. Tekan botol tetes secara perlahan
sampai jumlah tetes cairan yang dibutuhkan masuk ke dalam kantung kelopak bawah
mata. Jangan mengedip
5.
Tutup mata selama 2-3 menit. Bersihkan cairan berlebih pada wajah dengan
menggunakan tisu.
6.
Jangan menyeka atau membilas ujung botol tetes
7.
Pasang kembali tutup botol tetes mata dengan rapat.
8.
Cucilah tangan anda dengan air dan sabun untuk membersihkan sisa obat yang
mungkin menempel.